Kaget mata aku menatap baris-baris ayat yang tesusun di monitor.
Tulisannya ringkas, bercerita tentang dunia, namun bahasa pujangganya bikin aku tergiang kepala.
Tun Boja Bistara namanya si penaip puitis itu.
Aku bukannya peminat novel cinta tegar. Si pemuja puitis cinta romantik, jauh sekali.
Namun tulisan Boja, bikin aku gila.
Bikin aku ingin menulis.
Walau aku buta sastera.
Hati ingin terus coretkan sesuatu pada dinding kehidupan biarpun tiada siapa ambil peduli.
Boja bilang
" tuliskan, setiap kata yang ingin kau luah, atas sehelai kertas,
kemudian origamikan jadi sebuah kapal terbang kertas.
biarkan ia terbang dari tingkat tertinggi yang pernah kau gapai,
biarkan ia melayang,
biarkan saja,
perhati ke mana ia pergi. atau kepada siapa ia pergi.
mana tahu, ia mendarat atas landasan yang sebenarnya selama ini kau idam-idamkan.
hidup selalunya tak bisa dijangka,"
Cantek.
Itulah boja.
Tulisannya ringkas, bercerita tentang dunia, namun bahasa pujangganya bikin aku tergiang kepala.
Tun Boja Bistara namanya si penaip puitis itu.
Aku bukannya peminat novel cinta tegar. Si pemuja puitis cinta romantik, jauh sekali.
Namun tulisan Boja, bikin aku gila.
Bikin aku ingin menulis.
Walau aku buta sastera.
Hati ingin terus coretkan sesuatu pada dinding kehidupan biarpun tiada siapa ambil peduli.
Boja bilang
" tuliskan, setiap kata yang ingin kau luah, atas sehelai kertas,
kemudian origamikan jadi sebuah kapal terbang kertas.
biarkan ia terbang dari tingkat tertinggi yang pernah kau gapai,
biarkan ia melayang,
biarkan saja,
perhati ke mana ia pergi. atau kepada siapa ia pergi.
mana tahu, ia mendarat atas landasan yang sebenarnya selama ini kau idam-idamkan.
hidup selalunya tak bisa dijangka,"
Cantek.
Itulah boja.